Jika Anda berkunjung ke kota Banda
Aceh, minuman apa yang akan disuguhkan tuan rumah kepada Anda? Kopi
jawabannya. Bisa dipastikan minimal sehari sekali sebagian besar warga
Aceh akan menyeruput minuman berwarna hitam ini. Minum kopi telah
menjadi kebiasaan dan budaya turun temurun di Banda Aceh. Saking gilanya
dengan kopi, kawan
saya di Banda Aceh bisa dipastikan minum paling tidak lima gelas kopi setiap hari. Dia bangun tidur minum kopi; berangkat ke kantor minum kopi; di kantor minum kopi; pulang dari kantor juga minum kopi. Malam harinya ketika kongkow dengan kawan-kawannya minum kopi lagi. Berhubung saya sama sekali tidak doyan ngopi, selama di Aceh belum sekalipun saya minum kopi hahaha.
saya di Banda Aceh bisa dipastikan minum paling tidak lima gelas kopi setiap hari. Dia bangun tidur minum kopi; berangkat ke kantor minum kopi; di kantor minum kopi; pulang dari kantor juga minum kopi. Malam harinya ketika kongkow dengan kawan-kawannya minum kopi lagi. Berhubung saya sama sekali tidak doyan ngopi, selama di Aceh belum sekalipun saya minum kopi hahaha.
Orang Aceh
tidak melulu minum kopi pahit. Kadang kala dicampur susu maupun minum
kopi manis. Satu hal yang membedakan kedai kopi di Aceh dengan daerah
lain adalah banyak sekali penganan dan makanan berat yang bisa dinikmati
sambil minum kopi. Maka meskipun namanya kedai kopi, jangan heran jika
pedagang disitu juga menjual penganan kecil yang beraneka ragam jenisnya
serta menyediakan makanan berat, terutama mie Aceh. Akan tetapi,
menurut pendapat saya masih enak mie Aceh di Medan daripada di Banda
Aceh sendiri. Mi Aceh di Medan bumbunya tidak seberat yang di Banda Aceh.
Kegemaran minum kopi di Aceh memiliki riwayat sejarah yang panjang. Menurut wikipedia,
penduduk Aceh memiliki hubungan kekerabatan dengan bangsa Arab terutama
Turki, Persia dan Yaman serta dengan bangsa India. Hal ini terbukti
dari penampilan wajah orang Aceh serta makanan khas Aceh yang banyak
mengandung kari. Banyak orang percaya kebiasaan minum kopi dibawa
pendatang dari Turki ke Aceh pada zaman kejayaan kerajaan Aceh. Sampai
sekarang, kopi terutama jenis arabika banyak ditanam petani Aceh di
dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah.
Di Aceh kebiasaan minum
kopi menjadi potensi bisnis yang sangat menggiurkan. Banyak sekali kedai
kopi dibangun di Aceh, terutama Banda Aceh. Jika Belitung berjuluk
“pulau seribu kedai kopi” maka Banda Aceh bergelar “kota seribu kedai
kopi”. Pada tahun 2011, di Banda Aceh diadakan Festival Kopi tingkat
internasional. Event ini menarik perhatian produsen minuman kopi dan
penikmat kopi dari berbagai negara.
Setelah tsunami menimpa Aceh tahun
2004, banyak relawan dari negara asing bekerja untuk pemulihan dan
tanggap darurat di Aceh. Mereka sering berinteraksi dengan warga lokal
di kedai kopi. Dewasa ini banyak kedai kopi di Banda Aceh dilengkapi
dengan fasilitas hotspot.
Selain dapat berbincang-bincang dengan sesama pengunjung, kita dapat
berselancar internet di kedai kopi. Kedai kopi telah menjadi tempat
berinteraksi antarwarga yang sangat nyaman karena bersih. Bahkan
beberapa kedai kopi memiliki pendingin ruangan. Tidak heran berbagai
kalangan suka berlama-lama di kedai kopi. Kedai kopi yang awalnya hanya
menarik minat kalangan bapak-bapak tengah baya telah bergeser menjadi
ajang nongkrong anak muda Banda Aceh baik
laki-laki maupun perempuan. Uniknya, kedai kopi akan tutup sejenak saat
azan sholat berkumandang dan buka lagi selepas waktu sholat.
Segala topik perbincangan dapat
diobrolkan disini. Mulai dari urusan remeh temeh rumah tangga, sosial,
gosip artis sampai kondisi Aceh terkini. Namun, saya pernah diingatkan
kawan saya jangan memperbincangkan masalah GAM di kedai kopi. Topik
tentang organisasi ini adalah perkara supersensitif. Meski Aceh telah damai, berperkara dengan GAM sama saja dengan menantang nyawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar